"Di sepanjang perjalanan aku merasa beberapa wanita muda melirik ke arahku. Awalnya merasa risih, sejenak aku menumpang bercermin di depan sebuah toko sepatu, hmmm… rasanya semuanya sudah ok dan pas…
Mungkin karena hari ini aku memakai jaket baru yang masih rapi? Jaket coklat muda dengan potongan ramping yang membuat aku jatuh cinta dari pertama melihatnya, sehingga tidak tahan untuk tidak membelinya…hmmm sesekali menjadi pusat perhatian tidak apa-apalah…
Harum roti yang baru dipanggang ketika melewati toko roti, membuat perut semakin lapar…Di ujung jalan tampak pasangan muda sedang bermesraan, dan di sebelahnya tampak anak kecil yang berlari membawa balon merah.
Kemudian, di ujung jalan itu, aku melihatnya…sedang menungguku, sambil membawa…aaahhh…sekuntum bunga berwarna pink…"
"Hawa dingin di bulan Februari masih menusuk, jari-jari tanganku terasa sakit, kering, dan ujung kuku ada yang mengelupas dan berdarah.
Selagi melewati kaca di depan etalase toko, terlihat sosok diriku, terlihat tua dan kulitku sangat kusam. Tidak heran apabila tadi wanita di kereta itu tersenyum sinis sambil melihat ke arahku. Pasti karena tampang dan dandanan aku yang jelek.
Kring kring kring….tiba-tiba sebuah sepeda hitam hampir saja menabrakku dari belakang. Rupanya aku terlalu banyak melamun. Kemudian pandanganku beralih ke pasangan muda yang sedang tertawa kecil, pasti mereka sedang menertawakan kebodohanku.
Ahh..aku memang bodoh dan pantas ditertawakan mungkin…
Lima menit kemudian aku tiba di rumah seorang calon pelanggan yang sudah berjanji denganku. Tapi, inikah rumahnya? Terlihat megah berpagar tinggi, hitam dan abu-abu…sangat mewah dan terasa tak pantas ku masuki…mana mungkin mau dia membeli produk dari kantor ku. Pasti seniorku salah memberi info….Ah, lebih baik aku pulang saja sekarang…"
Dua hal di atas adalah narasi yang ditulis dari sudut pandang berbeda. Narasi pertama gw mencoba menulis dari sudut pandang orang yang sedang jatuh cinta dan sedang menanti pertemuan dengan kekasihnya…
Dan narasi kedua, dari sudut pandang seorang karyawan yang merasa gagal karena baru saja ditegur habis-habisan oleh atasannya.
Begitulah kita melihat dunia, saat kita sedang gembira, apa yang kita rasakan, kita lihat, terasa indah, berwarna dan menarik, bahkan hawa atau bau serasa harum dan menggoda….
Sebaliknya, apabila kita sedang jatuh dan dibawah, kita jadi mudah curiga, apa yang kita lihat menjadi suram, tidak menyenangkan. Bau-bauan yang kita cium bukan tidak mungkin bisa membuat kita mual juga.
Akhir-akhir ini gw merasa lebih sering memandang dunia layaknya tokoh dari narasi yang kedua. Seringkali gw merasa diri gw rendah, tidak berguna, dan selalu penuh dengan pikiran negatif lainnya.
Tapi pada akhirnya yang berperan besar mengendalikan itu adalah pikiran dan kemauan dari kita sendiri. Tidak gampang memang.
Mungkin bisa kita mulai dari hal ringan seperti dari berani tersenyum ke orang asing yang melototin kita, biar orang itu malu sendiri....:), menertawakan kesalahan atau kebodohan kita, berbuat baik tanpa berniat minta balasan, tulus....tersenyum ke anak kecil, mengucapkan selamat pagi ke pembersih gedung kita bekerja...dll....
Postingan ini semacam pengingat kepada diri gw sendiri, agar lebih bisa berpikir positif... ceria, dan optimis. Vitamin jiwa yang sangat amat gw butuhkan saat ini.
**Tulisan ini terinspirasi dari salah satu isi di buku “What I Wish I Knew When I Was 20” by Tina Seelig**
0 comments:
Post a Comment