Pages

Tuesday, June 21, 2011

Kisah si bapak...

Tadi ketemu bekas temen 1 kantor. Rasanya lama banget ga ketemu, walopun sering banget ejek2an di Facebook. Di antara sekian banyak ceritanya ada 1 cerita yang jadi bikin gw berpikir (berpikir pikirrr muluuuu deehhh).

Alkisah, ada seorang pria, yang konon merupakan salah satu staff pengajar di universitas negeri nomor 1 di Indonesia (dulu sih nomor 1, sekarang nomor 1 ato ga ga tau...yg top poko'e). Terus, 15 tahun lalu dia datang ke Jepang. Detailnya bagaimana gw juga kurang jelas. Yang pasti di Jepang dia juga mengenyam S2 di univ. negeri no 1 di Jepang. Dan berhubung dia pengajar universitas, dia juga lanjut program S3, tapi sepertinya berhenti. Kemudian, karena dia menikah dengan wanita Jepang yang tidak mau tinggal di Indonesia, makanya dia pun "memilih" tinggal di sini. Lengkapnya bagaimana juga kurang tahu, poko'nya sekarang dia kerja di sebuah perusahaan(bekas perusahaan gw) yang gw tau banget busuk-busuknya, setelah sebelumnya dia juga pernah kerja di tempat lain juga.

Di perjalanan pulang, gw mikir-mikir lagi tentang kisah si bapak itu. Terus sampailah di beberapa point berikut ini:

1. Bagi sebagian besar orang umum, termasuk gw, pasti heran, menyayangkan, rasanya pengen banget bilang "eman-eman(sayang)kok malah masuk perush itu" " kok malah kerjanya begitu", apalagi yang tahu bagaimana busuknya perush itu, rasanya ga terima kok orang dengan academic background bagus masuk di perush yang tidak ada karier sama sekali, dan rasialis ke orang asing dlm cara halus.

2. Bagi beberapa orang lagi, pasti mikir...mmm...seperti yang diperkirakan banyak orang, zaman resesi, memang orang susah kerja. Masih untung dia dapet kerja, yang penting halal.

3. Bagi beberapa orang..."hmmm itulah namanya cinta!" demi keluarga dia rela tetap di Jepang, yang mungkin tidak memberinya jalan yang gampang dalam hal karier untuk dia, apalagi bila dibandingkan di negara asalnya........

4. Dan bagi beberapa orang lagi, mirip dengan pendapat nomor 2, mungkin akan berpikir salut!!! Dia tidak peduli dengan apa kata orang, atau background pendidikan, kalau memang itu pilihan dia (karena sebelumnya dia juga bekerja di bidang yang sama dengan yang sekarang, tapi jauh banget dari academic background dia), so what?! tidak ada yang salah, malah itu lebih baik, daripada tidak sama sekali.

Kemudian gw berpikir kalau kisah dia semacam refleksi diri (gw dan kita semua) juga, bahwa selama ini mungkin gw terlalu tinggi pride nya. Berpikir tidak pantas melakukan hal ini, atau hal itu. Tapi ternyata banyak yang lebih bertalenta dari kita juga mau melakukan hal-hal sederhana yang kita tolak. Itu semuanya pilihan, dan tentang bagaimana kita melihatnya.

Atau mungkin kita juga bisa ambil kesimpulan, karena sudah berkeluarga, ada beban mau tidak mau, dan terpaksa... maka itu alternatif yang harus dijalanin. Dengan kata lain, dalam keadaan terpaksa segala macam tindakan (yg mgkin diluar akal rasional) bisa terjadi......

Sekedar pemikiranku saja hari ini.... Gut Nite!!!

Monday, June 13, 2011

May 13th (My real Friday 13th)

Finally I'm a job hunter again....again....
And today (June 13th)exactly one month I already became un-employ-ment

Too many stories left behind these things... and too many wonders that I want to ask to the Creator up there, what are the reasons behind of these rough and irritated series of me vs working society?

Now, I could regain my power a little by little, regain my confidence and belief, that I will get something better if I believe, put effort and seek.

1 month ago, I felt like empty (but fyi, I never regret to release my last job from that company )
...feeling like get lost, why I came to Japan, if every human have their own duty in this world, I wonder what is my duty? Do I really have meaning to be in this world? I know I have to move on and have to do something. I couldn't move, and I didn't make any movement. I pretend like there are nothing happened. I hope something will getting better, but I don't want to make any movement. Hope that somebody will prepare all those things for me.
I felt like I have nothing special, no quality...

My mind filled with negative things....

But I made a movement. Though it was very little, and slow movement.... Helped by my loves one, I rebuild CV ( you have to know, I really hate to write down a CV, *pessimist person is not a good at promoting or selling his/her self*), contacting agent, applied on-lines....

Yup, from these agents, some of them very kind to help me (of course for their own target and money reason)....

Now, Good result is not shown yet, but there's been little progress here.
And I know, its not time to relieve, STILL A LONG WAY TO GO...

I write down the truth about my condition here, to be read by public and my friend. So I will have like a "pressure" to prove that I will (and must...) find a better way ( =occupation).

(So now I have no more reasons to spending my days with lazy mode. =) )

Yoshh ganbaruuuu zo!!!

Saturday, April 23, 2011

Kenapa aku merasa akhir2 ini semakin susah dikritik

tidak bisa menerima kenyataan kesalahan sendiri?

sejak kapan gw jadi begini?

jepang yang aku rasa telah banyak mengajarkan aku berbagai macam hal, kenapa jadi malah membuat aku merasa hidupku sia-sia.......

its not about japan, not about people who invited me to japan, its all because of me...

I hate my self much

Saturday, April 09, 2011

Too much Choices will lead you to kebinasaan batin?

Seperti yang dulu pernah gw tulis di akun twit, negara Bhutan konon, membangun istilah gross national happiness, ingin membangun negara dengan masyarakat yang berbahagia, atau masyarakat utopia. Pemerintah melarang TV, sampai akhirnya TV boleh masuk sekitar tahun 1999. Karena dengan adanya TV orang2 di negara itu jadi tahu tentang dunia luar (jangan tanya gw, kalo internet boleh masuk ga...apalagi!!). Intinya, mungkin akan lebih baik kalau kita tetap terisolasi, sehingga tidak perlu tahu hijaunya kebun tetangga. Terlebih apabila kita semakin tahu banyak pilihan, susah mencapai tingkat kebahagiaan yang benernya ingin diraih Raja Bhutan saat itu.

Tadi nonton acara TV, salah satu topiknya adalah kenapa orang Jepang tidak mau menikah. Salah satu penyebabnya adalah tidak ketemu yang cocok. Dikiranya kesempatan keluar jarang, kurang gaul, kebanyakan kerja...tapi ternyata kebalikan... Kesempatan ketemu jodoh banyak, pilihan jadi banyak... TERLALU BANYAK malah. Jadi katanya terlalu banyak pilihan, jadi tambah bingung. Mereka takut salah buat keputusan, jadi siapa tahu sebenarnya ada yang jauh lebih baik dari pilihannya.

Manusia, semakin luas dunianya, mungkin pikirannya jadi tambah rumit. Ingin yang terbaik dan terkeren seperti yang menjadi image ideal masyarakat. Padahal mungkin saja, yang sederhana dan sudah ada di depan mereka, sebenarnya sudah cukup membuat mereka bahagia. Cuma karena, ada rasa takut bersalah, kalau ada yang baik kenapa tidak, juga idealisme tinggi, "rumput tetangga lebih hijau", dan semua khayalan yang belum ada di tangan...... jadinya kadang lupa untuk bersyukur, dan menikmati yang sudah ada di sekitar kita.

Tulisan di atas mungkin juga bisa jadi renungan buat gw, kenapa gw selalu tidak puas dengan apa yang gw punya. Termasuk dengan karir yang pas-pas an. Iri habis sama karir teman, sama keahlian khusus yang dipunya teman, tapi itu semua sayangnya tidak gw imbangin dengan usaha gw. Juga yang awalnya gw mungkin bisa menerima kenyataan pekerjaan gw bukan yang paling keren, tapi omongan &anggapan pihak luar, yang men"judge" bahwa kamu tidak layak dpt kerja begono, kok mau toh lulusan master cm kerja di perush begono...dll...pada akhirnya meracuni semua otak, akal sehat, dan jiwa.... (walaupun jauh dr hati yang dalam, gw juga ingin mempertanyakan kemampuan gw, dan ingin keluar dari semua ini...sampai kadang juga berharap besok kiamat sajalah biar aku tidak usah pusing dengan hari esok). Pesan ke diri gw sendiri : "Jenny, be blessed with what you've got!!! Ganbareba, kitto dekiru yo!!! (jika kamu berusaha, pasti bisa!!)

Monday, March 28, 2011

Recently...

Tinggal bersama keluarga, agar gw mengerti bagaimana rasanya berbagi, toleran, arti keberadaan keluarga, dan tidak cuek bebek... terutama agar lebih dekat dengan kakak gw yang telah banyak membantu gw...

Dapat bos pemarah...agar gw belajar lebih tegar, bahwa dunia kerja bukan lagi dunia anak bungsu yang manis dan damai, bahwa dunia nyata tidak semua orang itu baik...juga agar gw lebih disiplin, kuat dalam cobaan, dan lebih dewasa...

Pekerjaan dengan gaji yang kecil....agar gw lebih menghargai cara memakai uang seperlunya, sekecil-kecilnya gw jauh lebih beruntung, karena masih banyak yang tidak mempunyai pekerjaan di luar sana...

Krisis dan isu Air, radiasi, tsunami, gempa...agar gw lebih was-was dan tahu hidup itu ada saatnya di bawah dan di atas, agar senantiasa menghargai setiap detik dari hidup gw ini...

Gw berharap semoga gw bisa melalui hari-hari gw ke depan dengan pikiran lebih positif, merelakan yang harus gw relakan, tidak sirik, tidak dendam, lebih memaafkan, lebih banyak memikirkan bagaimana cara memberi bukan menerima....

Gw juga harus lebih banyak lagi menyayangi, mengerti dan menghargai sosok "nya" yang selalu ada buat gw, hadir dan selalu support gw selama ini. Walaupun gw banyak merepotkan dan menyakiti dia....I love You Ted!!!

Tuesday, March 08, 2011

Pilihan Tentang Pandangan...

"Di sepanjang perjalanan aku merasa beberapa wanita muda melirik ke arahku. Awalnya merasa risih, sejenak aku menumpang bercermin di depan sebuah toko sepatu, hmmm… rasanya semuanya sudah ok dan pas…


Mungkin karena hari ini aku memakai jaket baru yang masih rapi? Jaket coklat muda dengan potongan ramping yang membuat aku jatuh cinta dari pertama melihatnya, sehingga tidak tahan untuk tidak membelinya…hmmm sesekali menjadi pusat perhatian tidak apa-apalah…


Harum roti yang baru dipanggang ketika melewati toko roti, membuat perut semakin lapar…Di ujung jalan tampak pasangan muda sedang bermesraan, dan di sebelahnya tampak anak kecil yang berlari membawa balon merah.


Kemudian, di ujung jalan itu, aku melihatnya…sedang menungguku, sambil membawa…aaahhh…sekuntum bunga berwarna pink…"


******

"Hawa dingin di bulan Februari masih menusuk, jari-jari tanganku terasa sakit, kering, dan ujung kuku ada yang mengelupas dan berdarah.


Selagi melewati kaca di depan etalase toko, terlihat sosok diriku, terlihat tua dan kulitku sangat kusam. Tidak heran apabila tadi wanita di kereta itu tersenyum sinis sambil melihat ke arahku. Pasti karena tampang dan dandanan aku yang jelek.


Kring kring kring….tiba-tiba sebuah sepeda hitam hampir saja menabrakku dari belakang. Rupanya aku terlalu banyak melamun. Kemudian pandanganku beralih ke pasangan muda yang sedang tertawa kecil, pasti mereka sedang menertawakan kebodohanku.


Ahh..aku memang bodoh dan pantas ditertawakan mungkin…


Lima menit kemudian aku tiba di rumah seorang calon pelanggan yang sudah berjanji denganku. Tapi, inikah rumahnya? Terlihat megah berpagar tinggi, hitam dan abu-abu…sangat mewah dan terasa tak pantas ku masuki…mana mungkin mau dia membeli produk dari kantor ku. Pasti seniorku salah memberi info….Ah, lebih baik aku pulang saja sekarang…"

******


Dua hal di atas adalah narasi yang ditulis dari sudut pandang berbeda. Narasi pertama gw mencoba menulis dari sudut pandang orang yang sedang jatuh cinta dan sedang menanti pertemuan dengan kekasihnya…


Dan narasi kedua, dari sudut pandang seorang karyawan yang merasa gagal karena baru saja ditegur habis-habisan oleh atasannya.


Begitulah kita melihat dunia, saat kita sedang gembira, apa yang kita rasakan, kita lihat, terasa indah, berwarna dan menarik, bahkan hawa atau bau serasa harum dan menggoda….


Sebaliknya, apabila kita sedang jatuh dan dibawah, kita jadi mudah curiga, apa yang kita lihat menjadi suram, tidak menyenangkan. Bau-bauan yang kita cium bukan tidak mungkin bisa membuat kita mual juga.


Akhir-akhir ini gw merasa lebih sering memandang dunia layaknya tokoh dari narasi yang kedua. Seringkali gw merasa diri gw rendah, tidak berguna, dan selalu penuh dengan pikiran negatif lainnya.


Memang tidak selalu gampang untuk merubah cara pandang kita, atau selalu berpikir positif.

Terlebih apabila ada banyak masalah yang datang bertubi-tubi, mana mungkin kita dengan gampangnya tersenyum.

Hal yang seharusnya indah bisa terlihat jelek, masalah kecil jadi besar.

Sebaliknya ketika kita senang, hal kecil dan sederhana saja bisa membuat bahagia, orang yang bersalah kepada kita bisa dengan gampangnya mungkin kita maafkan….”ah…dasar dia mah orang aneh cuekin ajahh” contohnya…

Dua narasi di atas adalah "reminder that we choose how we view the world around us".

Kita sendiri yang memilih dan menentukan pandangan kita. Mungkin memang ada banyak faktor dari luar yang tidak bisa kita kendalikan, dan besar pengaruhnya ke mood kita.


Tapi pada akhirnya yang berperan besar mengendalikan itu adalah pikiran dan kemauan dari kita sendiri. Tidak gampang memang.


Mungkin bisa kita mulai dari hal ringan seperti dari berani tersenyum ke orang asing yang melototin kita, biar orang itu malu sendiri....:), menertawakan kesalahan atau kebodohan kita, berbuat baik tanpa berniat minta balasan, tulus....tersenyum ke anak kecil, mengucapkan selamat pagi ke pembersih gedung kita bekerja...dll....


Postingan ini semacam pengingat kepada diri gw sendiri, agar lebih bisa berpikir positif... ceria, dan optimis. Vitamin jiwa yang sangat amat gw butuhkan saat ini.



**Tulisan ini terinspirasi dari salah satu isi di buku “What I Wish I Knew When I Was 20” by Tina Seelig**

Sunday, February 13, 2011

Sekedar Pemikiran koe...

Kadang-kadang saat pulang dari kerja, gw sempetin untuk mampir ke super market di stasiun sebelah kantor. Dari stasiun itu jalan dikit menuju supermarket, ada banyak cewe2 dan cowo2 yang "menjajakan" service. Dalam arti bukan semacam bispak dsb, kebanyakan dari mereka hanya menjajakan tempat mereka bekerja, anggep saja salesnya tempat hiburan..

Cewe-cewe itu berdiri di tengah dinginnya malam, dengan pakaian mini...yang dari raut muka nya gw tau mereka GA MAU kalau bisa memilih.

Entah kenapa di hari itu gw bisa berpikiran lain terhadap mereka.

Sebelumnya gw selalu antipati sekali sama mereka....bukan karena kalah cantik, kalah modis, tp emang antipati ajah...

Cuma di malam itu gw punya pemikiran lain...bahwa mereka juga kerja, berjuang demi hidup.

Dan pada dasarnya siapa sih yang membuat sebuah standard, bahwa ini pekerjaan yang bagus, pekerjaan yang keren, pekerjaan hina dina, pekerjaan yang buruk...

Apa ada sebuah rules atau undang-undang yang mengatur semua standar itu?

Ujung-ujungnya itu semua hasil dari pemikiran kita, dari masyarakat juga yang membuat semua judgement itu.

Gw berpikir di saat itu.. bahwa mereka juga perlu dihormati dan dihargai...karena mereka juga berjuang...walaupun dengan cara yang tidak semua orang menyetujui...

Kenapa yah...tiba-tiba bisa berpikiran sampai situ? Apa mungkin ini impact dari pemikiran gw...yang akhir2 ini lagi mencari pembenaran atas pekerjaan gw sekarang?

Apa pekerjaan gw yang sekarang...telah mengajari gw untuk "membuka mata"? Agar tidak langsung melihat ke atas...tapi mulailah dari bawah..."perkuat dasarmu agar bisa sedikit demi sedikit naik ke atas"....
Mungkin juga kalau gw langsung dapat pekerjaan yang bergengsi...gw akan takabur? sombong?

Apakah ini teguran dan ujian dari Yang Di Atas... untuk mencobai diriku dengan pekerjaan saat ini, sebagai titik awal? Gw benar-benar ingin tahu, apa yang ada dibalik semua cobaan ini... Semua indah pada saatnya...apakah kata-kata itu juga akan berlaku buat gw yah?