Pages

Thursday, May 29, 2008

Home sweet Home


Bayangkan, dikarenakan suatu hal, kita harus menjual rumah yang sudah lama kita huni, dan kita harus pergi dari situ. Kemudian kita terpaksa tinggal di apartemen, hotel, kos, asrama, dan segala bentuk fasilitas lain yang bersifat sementara. Sampai tibalah, saat dimana kita ingin menetap, dan membeli rumah baru. Apa yang jadi bahan pertimbanganmu untuk memilih tempat tinggal baru itu?

Memang, tidak ada yang bertanya ini ke gw, tapi jawaban gw:

Mungkin awalnya gw juga akan melihat, apakah gw "sanggup" untuk membeli, merawat, dan tinggal di situ. Tapi, faktor keNYAMANan adalah utama. Mulai dari lokasi, keadaan rumah itu sendiri. Pada awalnya rasa asing itu pasti ada, tapi bagaimana kita bisa menjadi nyaman dan betah di situ, itu yang terpenting. Nyaman dalam arti gw tidak perlu takut "telanjang" menjadi diri gw sendiri di rumah itu tanpa takut ada yang memata-matai atau mengawasi gw, bagaimana rumah itu bisa membuat gw selalu merindukannya, bagaimana rumah itu bisa melindungi gw, dari panas, hujan, tukang kredit (loh...), dan segala tamu ngga diundang. Karena di rumah itu juga, yang akan menjadi tempat gw melakukan aktivitas sehari-hari gw, dari tertawa, bingung, panik, nangis, nglamun....dan lainnya...

Dari luar, bangunannya mungkin sedikit kumuh atau lokasi yang kurang strategis, tapi begitu gw masuk di dalamnya, bisa membuat gw merasa ini benar-benar buat gw.
Begitu pula, seiring berjalannya waktu, gw mulai menemukan banyak faktor-faktor tidak menguntungkan dari rumah itu, -seperti karena usia, atap bocor, kadar kelembaban tinggi, dan lainnya- tapi bukannya membuat gw gerah, melainkan mencari cara bagaimana memperbaiki, mengurangi masalah itu.

Nyaman, dan membuat gw tidak takut, atau menyesali telah menghabiskan banyak usaha untuk membeli rumah itu, atau membandingkan dengan rumah lama yang telah gw jual itu.

Nyaman, karena itu adalah rumah gw...my home not only my house...my home sweet home.

Saturday, May 24, 2008

Mikir...mikir

Pas perjalanan mau ke tempat kerja, gw harus melewati jembatan yang menanjak, dengan sepeda tentunya itu ga gampang. Tapi ada kejadian minggu lalu, pas gw lagi lewat di situ. Ada seorang anak kecil sekitar umur 4 atau 5 yang naek sepeda roda tiga kayaknya, dia nyoba melewati tanjakan jembatan itu dengan sepedanya. Kalau diliat, ngga mungkin bisa kelewat kan tanjakan itu. Tiba-tiba yang ada di pikiran gw, berjuang sampe mampus, juga ga bakal bisa, masalahnya ada di sepedanya yang ga memadai.

Trus, kembali ke hidup kita, apa mungkin ada suatu hal, kondisi, situasi sama seperti kejadian itu? Dimana sekuat apapun kita berusaha, kalau kita salah "perlengkapan", tujuan kita ga bakal tercapai? Lalu, bagaimana dengan anggapan selama ini, bahwa asal berjuang, kita pasti akan menuai hasil? Wah...kalo selama ini perjuangan gw salah "perlengkapan" bagaimana? Sempat terlintas di pikiran gw.

Mmm..trus setelah dipikir-pikir lagi, bagi gw "perlengkapan" itu salah satunya adalah otak!!!
"Pikir...pikir...pikir sendiri dong!!!!", "Dipake tuh otak!!!" ,"Mikir dong!!!!" ga heran sering denger kata2 ini akhir2 ini....
(Gw ga tau gimana harus mengakhiri postingan kali ini...^__^, cuma yang pasti, sampe detik ini gw merasa kerja otak gw blm maksimal, gw merasa bodoh banget akhir-akhir ini!!!)

Monday, May 19, 2008

思ったように、先週はひどかった。誰のせいではなく、私のだ。で、週末も授業があって、なかなか休み時間もなかった。でも週末の夜は楽しかった。特に夕べ、料理はおいしかった。ありがとうね。 ^_^
これからもう月曜日。つまらないなあ。頑張るしかない。

Thursday, May 15, 2008

Senin, Selasa, Rabu....

Akhir-akhir ini, yang sering gw lakukan setiap memulai minggu baru, mencari tahu, minggu ini paling berat di hari apa. Biasanya selalu jatuh antara hari Rabu, Kamis dan Jumat. Rabu dan Kamis, ada pelajaran dosen pembimbing gw yang suka menanyakan "Indonesia bagaimana" yang suka gw balas dengan senyuman miris, dengan hati mau menangis....Kadang suka di luar dugaan dia tiba-tiba nanya di saat gw ga ngeh lagi ngomongin apa. Ujung-ujungnya walaupun gw jawab, entah kenapa gw merasa jawaban gw ga nyambung. Satu aja, malu. Kalau uda gitu, gw cuma bisa senyum simpul, trying to be cool, walaupun padahal pengen nangis juga. Tapi entah kenapa setiap saat pengen nangis, ga bisa. Hmmm...menangis berarti mengasihani diri sendiri. Sudah terlalu sering mengasihani diri sendiri kayaknya selama ini.

Trus kembali ke topik awal, mungkin kebiasaan ini sejak gw kuliah, selalu dalam seminggu hari apa yang gw nantikan, misalnya puncak kesibukan hari Kamis, pasti gw selalu menantikan Kamis malam, saat dimana semua kesibukan berlalu. Tapi minggu ini kok ngga ada ya...hiks...

Yah..anggap saja ini baru pemanasan. Baru 1 bulan jalan kan...^^"

Tuesday, May 13, 2008

Rencana tinggalah rencana!!!

Masih berkelut dengan kelemahan mengatur waktu!!!
Rencana semalam untuk menulis laporan, ga jadi. Luluh sama masakan teman dan ajakan ngobrol!!! Abis itu, ketiduran sampe pagi...(sendirian tentunya).
Cuaca ga mendukung, hujan ga jelas, dingin....bikin tambah males....
(_ _##)

Monday, May 12, 2008

Jrret....jrettt...

Dulu, pada waktu ngopy buku, paling suka liat pekerja fotokopian pas lagi motong kertas pake mesin pemotong kertas yang gede itu. Pengen nyoba, pengen punya.

Dan, barusan gw berkesempatan memakai sekaligus melakukan tindakan memalukan (ndeso ne metu!!!).

Sebagai mahasiswa, kita diberi hak untuk mengopy gratis sebanyak 1500 lembar untuk setahun. Trus tadi sore, gw ngopy buku, dan untuk menghemat gw copy pake kertas A3 yang super gede.

Setelah itu, gw berencana motong, biar terlihat rapi dan tidak kebesaran. Ealah.....ternyata memakai mesin pemotong itu tidak segampang keliatannya. Dari sini uda mulai memalukan deh...Pas setumpuk kertas itu mau gw potong...jrettt...kok cuma kepotong separoh dengan tidak rapi pula.

Coba lagi,.....ga bisa!!!! Masa pisaunya yang tumpul....(kertasnya baru kepotong separoh.....)
Geser kertas lagi.....jrettt....masih ga bisa...
Gw akalin, potong kertasnya per 10 lembar....ealah...bisa....
Coba yang sisanya tetep ga bisa.....
Dan gw ketawa sendiri liat tindakan gw yang memalukan....(ga ada orang sih)
Coba lagi sisanya.....sukses...
10 halaman terakhir....ga bisa lagi....
Pas saat itu, datanglah om-om berjas...(gw pikir satpam, tapi mukanya familiar)...datang dengan lagak menawarkan bantuan....gw tanya... "apakah ruangan ini akan segera ditutup?"
Dia jawab..."oh...ngga kok...cuma kayaknya ada masalah ya sama mesin itu...."
Trus gw jawab..."iya nih...saya bodoh sekali, ga ngerti cara makai yang bener...."
Tapi abis itu...dia ngloyor pergi aja, soalnya gw juga ga minta bantuan.

Gw lanjutkan 10 lembar terakhir....gw geser kertasnya....Tapi terlalu banyak, jadinya bacaannya kepotong....."Anjriiiiittt...!!!!!!"(untung baru separoh yang kepotong...jadi kertasnya masih utuh...cuma kayak kepotong seperempat gitu deh....!!!)
Ujung-ujungnya, sekitar 40halaman fotokopian gw, besarnya ga sama, malah ada yang kiwir-kiwir lagi kertasnya....malu-maluin...

Dan setelah dari ruangan copy itu, gw secara ga sengaja liat, di sebelah ruangan copy itu, ada tulisan...."ruangan kepala jurusan"... hmmm sedikit berpraduga....orang berjas tadi mungkin kepala jurusan gw, (_ _") soalnya mukanya familiar, dan lagi uda ga ada orang lagi di sekitar situ....(_ _#) (kayaknya selama motong kertas itu, gw ga sadar ngedumel, ketawa sendiri....suaranya keras...huhuhuhuuhu....)

Friday, May 09, 2008

Gaji kamu sebulan berapa?

"Gaji kamu sebulan berapa?"

Apa reaksi pertama kamu jika mendapat pertanyaan seperti itu?
Bakal berterus terang, memberi kisaran harga, tersenyum simpul, atau meninggalkan orang yang bertanya (kepo banget sihhhh), atau “ itu sudah hal yang bersifat privacy dong!!!!”
Privacy adalah jawaban yang sering diberikan ketika pertanyaan di atas diajukan kepada seseorang. Kebetulan, hari ini di kelas, kita sedikit membahas tentang privacy.Di China ada semacam pembagian dua jenis privacy, pembedaannya lewat karakter kanji. Yang pertama,ada hal-hal yang kita bisa dengan senang hati untuk memberi tahu kepada teman dekat kita. Seperti gaji per bulan, usia, hubungan dengan pacar, dsb. Yang kedua jenis privacy yang mungkin lebih ke arah egois. Contohnya mereka tidak akan memberi tahu teman terdekat atau siapapun ketika menemukan sepeti emas di hutan. Seperti itu gambaran kasar yang dijelaskan teman gw hari ini.

Sedangkan di Jepang sendiri, memang tidak ada pembagian privacy seperti itu. Tapi itu bukan pertanyaan yang bagus untuk diajukan kepada orang Jepang (termasuk menanyakan usia terutama kepada wanita, status, berat badan /(- -")// ) Pendapat orang Jepang, kadang ada hal tentang lawan bicara yang kita tidak perlu tahu (ga tau juga ga masalah...toh itu uda urusan masing-masing).

Bagaimana halnya dengan Indonesia?
Beberapa waktu yang lalu, gw sempat baca, pedoman untuk berkomunikasi dengan orang-orang di dunia(ditulis oleh orang Jepang). Di bagian negara Indonesia, ditulis : "jangan terkejut jika tiba-tiba kamu ditanya oleh orang Indonesia besarnya gaji kamu sebulan berapa, kenapa kamu tidak menikah, pekerjaan kamu apa, dsb. Alasannya karena orang Indonesia suka menilai lawan bicara, ketika mereka mengetahui status lawan bicaranya adalah orang yang terhormat mereka akan langsung segan dan menaruh respek". Orang terhormat di sini mungkin bisa didefinisikan orang dengan pekerjaan mapan, gaji tinggi, lulusan perguruan tinggi ternama, dsb.

Gw sebenarnya juga awalnya tidak sadar kalau selama ini orang Indonesia seperti itu (catatan: Indonesia pada umumnya, bukan orang perkotaan atau dengan pendidikan yang tinggi). Tapi setelah dipikir-pikir lagi, sering gw mendengar di percakapan antar orang tua, sering pada ujung-ujungnya ngomongin "si A...enak tuh, gajinya sebulan segini...bla..bla..." bahkan ga heran tiba-tiba gw dikasih tau..."tau ga, si A temen lu, kerja di situ. Gajinya segini katanya!!!". Sekarang kalo dipikir lagi baru nyadar, kok sampe besar gaji temen gw pada banyak yang tau ya?!?!Tentang kebiasaan orang Indonesia yang suka menilai lawan bicara, itu benar menurut gw, dan salah satu standarnya adalah gajinya berapa. Padahal gaji juga bukan patokan yang selalu tepat juga.

Bukan patokan yang selalu tepat, tapi salah satu faktor utama pas lagi cari kerja. Iya ngga?

Berdamai dengan masa lalu


May 5th, 2008

Minggu lalu, secara ga sengaja ketemu dan ngobrol sama teman lama. Tidak ada maksud dan tujuan tertentu, cuma sekedar menyapa, cerita keadaan masing-masing dan sedikit klarifikasi beberapa hal. Dari situ, gw mikir, mungkin gw sudah bisa melepas bayangan masa lalu. Gw sudah klarifikasi ulang ke diri gw dan berangkat dari pembicaraan itu, pada akhirnya gw merasa “yah…emang betul, gw sudah ga akan kembali menoleh ke belakang lagi…” karena memang sudah ga ada niat, rasa dan kemungkinan juga. Tapi, bagaimanapun juga, karena masa lalu, baru ada hari ini. Entah karena “dia” kah, gw sendiri kah, ataupun orang lain, semuanya udah menyatu menjadi kenangan buat gw. Jadi, mungkin gw ga akan bisa 100% melupakan masa lalu itu, tapi gw berusaha berdamai dengan masa lalu itu. Gw juga ga boleh terus melihat masa lalu, karena semua masa depan gw juga bisa kacau jadinya. Biarlah itu jadi pengalaman gw pribadi dan gw harus terus maju tanpa takut dari semua bayangan masa lalu itu.